Kamis, 23 Juni 2011

Saya Baru Tahu Kalau Dunia ini terlalu Luas

Saya tinggal di sebuah desa yang sangat kecil. Desanya subur dan begitu nyaman. Udara di pagi hari terasa sejuk. Burung-burung berkicauan sepanjang hari. Ada banyak sungai kecil yang jernih menambah indahnya desaku.
Kedua orangtua saya adalah petani. Kami memiliki ladang warisan dari kakek saya. Setiap hari kedua orang tua saya bekerja di ladang untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan saya. Sering sekali orang tua saya capek, luka, sakit, guna mencari nafkah bagi kami anak-anaknya. Keluarga kami termasuk keluarga yang sangat besar karena terdiri dari 9 anggota keluarga (1 ayah, 1 ibu, 7 orang anak). Saya anak keempat dari tujuh orang bersaudara. Kami terpaksa membantu orangtua untuk bekerja di ladang. Setelah pulang sekolah langsung makan kemudian ke ladang bersama orang tua.
Kakak-kakak saya tidak berprestasi tinggi di SD tetapi mereka mampu naik kelas. Meraka sangat menyukai sekolah. Kakak saya 2 cewek dan 1 orang cowok. Kakak saya yang cewek tidak diberikan kesempatan untuk melanjutkan SMP karena mereka harus membantu orang tua untuk bekerja di ladang.Mereka hanya tamat SD. Kakak saya cowok hanya tamat SMP kemudian merantau 1 tahun dan kemudian menikah. Kemudian adik saya cewek juga mengalami nasib yang sama dia hanya sampai kelas VII SMP dan terpaksa berhenti sekolah hanya untuk membantu orangtua. Kata teman-temannya dia pintar matematika. Tapi dia harus putus sekolah untuk membantu orangtua bekerja di ladang guna membiayai kebutuhan saya di SMA.
Saya memang sangat berprestasi di sekolah. Saya sering juara kelas dari SD hingga SMA maka kedua orang tua saya mendorong saya untuk terus sekolah walau sebenarnya mereka memiliki kesulitan memenuhi kebutuhan hidup saya.
Sebelum saya lulus SMA saya benar-benar tidak tahu kemana saya nantinya jika lulus SMA. Kedua orang tua saya juga sudah pasrah dan meminta saya untuk tidak melanjut kuliah di Universitas tetapi langsung ngajar dan ikut Universitas Terbuka. Hal ini merupakan pilihan satu-satunya yang saya tempuh guna membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan kami sehari-hari.
Akan tetapi, saya diberitahu oleh teman saya bahwa ada beasiswa 100% dari UPH TC. jujur, saya benar-benar tidak mengerti UPH TC itu apa. Yang saya tahu adalah saya akan menerima beasiswa 100% jika saya lulus testing yang diadakan oleh UPH TC.
Saya mengikuti semua prosedur yang ada mulai dari membeli formulir, ikut seminar sebelum testing, kemudian test secara tertulis, tes psikotes dan terakhir adalah test wawancara. Semuanya berjalan dengan baik. Singkat cerita saya akhirnya di terima di UPH TC dengan beasiswa 100%.
Pengumuman penerimaan ini sempat membuat kedua orangtua saya sedih, bingung, dan ragu. Sama halnya seperti yang saya alami mereka juga tidak tahu apa-apa tentang UPH TC. Kami hanya melihat gambarnya dari brosur yang telah dikirimkan kepada kami. Banyak hal yang bisa menjadi penghalang untuk tidak jadi kuliah di TC diantaranya adalah orang tua yang masih belum siap berpisah dengan saya dan harus melepaskan saya jauh dengan mereka tidak tahu apa-apa.
Walaupun demikian saya kelihatannya santai dan tidak takut untuk masuk UPH TC walaupun saya tidak tahu apa-apa. Saya akhirnya memutuskan untuk kuliah walau tidak ada pengetahuan sama sekali tentang apa nantinya yang saya hadapi kedepannya. Yang saya tahu adalah saya bangga kuliah dengan beasiswa 100%.
Saya tiba di UPH tanggal 5 agustus. Saya benar-benar terheran-heran dengan gedungnya yang tinggi dan lingkungannya yang bersih. Sangat bertolak belakang dengan tempat tinggal saya selama ini. Kami juga di sambut dengan baik dan sangat memberkati sekali yang dilakukan oleh kakak kelas.
Awalnya, kuliah pertama di TC dilalui dengan pergumulan yang banyak. Banyak hal yang menjadi kekurangan saya dan hingga akhirnya saya menyadari bahwa saya butuh dibentuk dalam segala aspek. Satu hal yang saya syukuri adalah semakin hari ketidak jelasan yang saya alami awalnya semakin hari semakin menjadi jelas. Saya nantinya akan menjadi seorang guru Kristen dan sekaligus sebagai teman sekerjanya Kristus.
Hal lain yang paling saya syukuri adalah pengetahuan saya tentang Tuhan yang selama ini masih samar-samar akhirnya semakin jelas dan jelas hingga saya menyadi bahwa hanya anugerah Tuhanlah yang mengubah hidupku menjadi lebih baik.
Saya mau meresponi penggilan Tuhan dalam hidupku dengan takut dan gentar di hadapan-Nya. Dia telah terlebih dahulu mengasihi saya dan membentuk saya hingga akhirnya saya mengerti siapa saya di hadapan ALLAH. Dia adalah pencipta saya dan saya hanyalah ciptaan-Nya yang setiap hari mengeluh kepada-Nya.
Sering sekali banyak hal yang saya tidak mengerti dalam kehidupanku. Bagi saya hanya Tuhanlah yang tahu akhir hidupku dan kemana aku pergi. Aku bersyukur atas anugerah-MU Tuhan dan pada akhirnya saya hanya berserah kepada-MU dan segala kemuliaan, hormat, pujian hanya kepada-MU selama-lamanya. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar